Masetya Mukti
Lahir di Trenggalek, 09 April 1989.
Merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara yang dibesarkan di kota kecil di sebelah selatan Jawa Timur. Selama 17 tahun berdomisili di daerah dengan menempuh pendidikan formal sampai jenjang SMA. kemudian melakukan urbanisasi ke jember melanjutkan studi D4 di Politeknik Negeri Jember hingga akhirnya saat ini (tulisan ini ditulis) alhamdulillah bisa melanjutkan studi program magister di Manajemen Bisnis - Institut Pertanian Bogor dual mode Politeknik Negeri Jember.
Masetya kecil merupakan anak yang selalu berada di barisan belakang dalam bergaul dengan teman sebaya, di samping sisi akademis yang pas-pasan (jujur, sering nyontek kebawa hingga sekarang kali ya,wkwk), sisi ekonomi yang terbatas (uang saku), hingga modal tampang yang kurang bisa diandalkan untuk merayu gadis,hua...hua...Menginjak masa remaja di SMA baru tersadar bahwa harus ada perubahan dan mampu berkontribusi untuk diri sendiri (minimal itu dulu), hingga akhirnya sempat merasakan pahit manisnya menjadi ketua OSIS sbg bentuk aktualisasi diri. Menginjak masa kuliah, aktivitas yang dilakukan relatif tidak berubah, tidur, organisasi,kuliah,organisasi. Porsi untuk organisasi memang yang paling besar, pandangannya bahwa pendidikan karakter (soft skill) tidak didapatkan di bangku kuliah dalam porsi yang besar melainkan melalui organisasi. Organisasi mendidik dalam hal komunikasi (persuasif dan retorika), memperluas jaringan (networking) dan pengabdian. Hingga pada saat itu pernah mengemban amanah sebagian diantaranya adalah Presiden Mahasiswa Kampus Politeknik Negeri Jember (Ketua Umum Dewan Permusyawaratan Mahasiswa) tahun 2009-2010, Ketua Umum himpunan mahasiswa Trenggalek-Jember (Mameso) tahun 2009-2010, Koordinator Wilayah Pulau Jawa Forum Komunikasi Mahasiswa Politeknik se-Indonesia (FKMPI) tahun 2009-2010, dll.
Setelah lulus kuliah D4 tahun 2011, sempat bekerja di perusahaan pembenihan jagung swasta sebagai tenaga penyuluh selama hampir 1 tahun. Disini proses transisi sikap mulai terjadi, idealisme dalam berorganisasi yang cenderung mengarah ke dunia politik berangsur-angsur mulai berubah menjadi karakter seorang (calon, mudah2an,amin) wirausahawan. Hal ini diperkuat dengan ilmu-ilmu kerohanian di Persaudaraan Setia Hati Terate, organisasi Pencak Silat yang telah mendidik anggotanya menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, memayu hayuning bawono. Bahwa sejatinya hidup adalah untuk mengabdikan diri kepada Sang Khaliq, melalui perilaku yang luhur turut menjaga "kelestarian alam". Kembali ke wirausaha, bukankah Rasulullah menghimbau kita untuk berdagang??? 9 dari 10 rejeki datangnya dari berdagang. Banting setir di track yang lurus. No problem...itulah sebuah pilihan hidup...dan kita berhak memilihnya...mudah-mudahan bisa secepatnya terealisasi menjadi wirausahawan muda mandiri.amiiiiinnnnn....
Sekian dulu, oiya ada yang lupa...
"Sepiro Gedhening Sengsoro, yen Tinompo amung dadi Cobo"
Seberapa besar penderitaan, kalo diterima dengan lapangdada hanya menjadi sebuah cobaan.
Salam Persaudaraan...